TINJAUAN TEORI
A. ASPEK TEORITIS KASUS
1.1. Pengertian
Pneumotoraks adalah
Keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (IPD Jilid II,939).
Laserasi paru-paru, atau keluarnya udara dari paru yang cedera ke dalam rongga pleural (KMB Brunner & Suddart, 464).
1.2.ETIOLOGI
Pnemutoraks dapat terjadi karena
a.Traumatik → disebabkan jejas yang mengenai dada.
Saat perang : peluru menembus paru, ledakan.
Kecelakaan : kecelakaan lalu lintas kendaraan bermotor.
b.Spontan → seringkali di dapat penyakit dasar berupa :
TBC paru
Bronkitis kronis
Emfisema
Asma Bronkiale
Kanker paru
C. Atifisial : pneumotoraks yang disengaja untuk tujuan tertentu.
1.3.GEJALA KLINIS
Sesak nafas → sering mendadak & makin lama makin berat.
Nyeri dada → pada sisi yang sakit, terasa lelah nyeri saat nafas.
Takikardi → frekuensi jantung yang melebihi 100/menit pada orang dewasa.
1.5.PENATALAKSANAAN
Sasaran penatalaksanaan adalah untuk mengeluarkan udara / darah dari ruang pleura sambil mempertahankan keseimbangan cairan.
Bisa dilakuakan dengan cara :
a.Tindakan medis
Mengukur tekanan intrapleura, menghisap udara & mengembangkan paru.
Tindakan ini terutama pada penderita pneumotoraks tertutup & terbuka.
b.Tindakan dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar.
Terutama pneumotoraks ventil karena sesak nafas berat & mengancam jiwa.
Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil.
Memakai infus set
Jarum ditusukkan masuk kerongga pleura, kemudian infuse set yang telah dipotong dimasukkan ke botol yang berisi air & akan tampak gelembung udara.
Jarum abbocath
WSD (Water Scaled Drainage)
Penghisapan dilakukan terus menerus apabila tekanan intrapleura tetap positif.
Pencabutan drain apabila paru telah mengembang maksimal & tekanan intrapleura sudah negativ kembali, drain dapat dicabut.
c.Tindakan bedah
Pembukaan dinding toraks melalui operasi, dicari lubang yang menyebabkan pneumotoraks & dijahit.
Jika ada penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang maka dilakukan dekortikasi atau pengelupasan.
Reseksi, bila ada bagian paru yang mengalami robekan & tidak dapat dipertahankan lagi.
B. ASPEK TEORITIS KEPERAWATAN
1.6. Pengkajian.
1. Biodata
Umur : dapat terjadi pada orang yang berumur antara 20-40 tahun.
Pekerjaan : Orang yang bekerja di pabrik lebih beresiko terjadi kecelakaan.
Jenis Kelamin : Pria lebih beresiko terkena pneumotoraks daripada wanita.
2. Keluhan Utama.
Nyeri pleuritik hebat,Dispnea (jika luas).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya nyeri dada yang disertai sesak nafas mendadak dan makin lama makin berat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu.
Klien yang mempunyai riwayat TBC paru, Bronkitis kronis, emfisema, Asma Bronkiale, kanker paru lebih beresiko terkena pneumotoraks.
5. Riwayat Injuri
Adanya kecelakaan kerja kemungkinan adanya pneumotoraks.
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola aktivitas/istirahat.
Tubuh lemah
Sesak nafas
Sulit tidur
b. Pola rasa nyaman
Nyeri dada
c. Pola nutrisi dan cairan
Nafsu makan menurun
Lemak menurun
Riwayat berat badan menurun
d. Pola gaya hidup
Kebiasaan merokok
Kurang olahraga
7. Pemeriksaan Fisik Toraks
* Inspeksi
Terjadi pencembungan pada sisi yang sakit.
Saat respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal.
Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
* Palpasi
Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat melebar.
Ictus jantung terdorong ke sisi yang sehat.
Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit.
* Perkusi
Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar.
* Auskultasi
Pada bagian yang sakit suara nafas melemah sampai menghilang.
8. Pemeriksaan Anamnesis.
Nyeri dada
Sesak nafas
9. Pemeriksaan Penunjang.
Foto Toraks
Darah
EKG
DIAGNOSA
1.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tak adekuat ventilasi ditandai dengan takikardi akibat pneumotoraks.
2.Perubahan pola kenyamanan berhubungan dengan nyeri dada akibat pneumotoraks.
3.Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan pemasukan oksigen ditandai dengan dispnea akibat pneumotoraks.
PERENCANAAN
Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan tak adekuat ventilasi ditandai dengan takikardi akibat pneumotoraks.
Tujuan : - frekuensi pola nafas menjadi efektif (normal).
- mengetahui faktor penyebab dan cara koping adaktif nafas
Kriteria Hasil : - individu akan menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif.
- mengetahui faktor penyebab dan mengatakan koping adaktif pasien untuk mengatasinya.
1. Pertahankan kenyamanan dengan peninggian kepala tempat tidur, dorong pasien untuk duduk sebanyak mungkin, balik ke sisi yang sakit.
Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal, dan untuk meningkatkan ekstipansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak sakit.
2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen tambahan melalui kanul sesuai indikasi.
Rasional : alat dalam menurun kerja nafas, meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis berhubungan dan hipoksemia.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemasangan WSD
Rasional : untuk mengeluarkan udara dalam rongga pleura.
Diagnosa : Perubahan pola kenyamanan berhubungan dengan nyeri dada akibat pneumotoraks.
Tujuan : Menunjukkan penggunaan ketrampilan metode penurunan intensitas nyeri dsn aktivitas terapeutik sesuai indikasi dan situasi individu.
Kriteria Hasil : Menghubungkan pengurangan nyeri setelah melakukan metode penurunan intensitas nyeri dan aktivitas terapeutik.
1. Kolaborasi dengan individu untuk menjelaskan metode apa yang dapat digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri.
Rasional : agar pasien merasa nyaman.
2. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgesik pada penurunan rasa nyeri yang optimal.
Rasional : dengan obat analgesik diharapkan nyeri berkurang.
3. Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi
Rasional : menambah pengetahuan pada pasien dan keluarga.
REFERENSI
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6. Jakarta : EGC, 2005
Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik Klinis. Ed.6 Jakarta : EGC, 1998
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001
Doenges,Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta : EGC, 1999
Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2. Jakarta : EGC,2004
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed.3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001
Categories
Message
|
My Partner Link
About Me
Jumat, 31 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar