Kumpulan Asuhan Keperawatan

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us

The Wedding My Sister

Jumat, 31 Oktober 2008

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN ENSEFALITIS

BAB I
PENDAHULUAN

Ensefalitis adalah suatu peradangan otak, dan diagnosanya dapat ditegakkan hanya melalui pemeriksaan mikroskopis jaringan otak. Dalam praktiknya di klinik, diagnosis sering dibuat berdasarkan manifestasi-manifestasi neurologis dan temuan-temuan epidemologis, tanpa bantuan bahan histologis. Bila manifestasi neurologis memberikan kesan adanya ensefalitis, tetapi tidak terjadi peradangan pada otak (seperti pada sindroma reye), maka keadaan ini dinamakan ensefalitis.

Jika terjadi ensefalitis, biasanya daerah susuna saraf lainnya juga terlibat dan istilah diagnostik yang mencerminkan keadaan ini adalah meningo ensefalitis, meningo ensefalo mielora dikulitis, sindroma guillam barre dan ataksia serebelaris akut (Nelson, ilmu kesehatan anak, 1992).


BAB II
TINJAUAN TEORI

1.Pengertian
Ensefalitis adalah radang otak yang mengenai jaringan otak
2.Etiologi
a.Virus
b.Bakteri
c.Jamur
3.Patogenesis
Virus dapat masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran cerna. Setelah masuk kedalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
a.Setempat : virus hanya terbatas menginfeksi selaput lendir, permukaan atau organ tertentu
b.Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ tersebut
c.Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain
d.Penyebaran melalui saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf
Pada keadaan permulaan timbul demam, tetapi belum ada kelainan neurologis. Virus akan terus berkembangbiak, kemudian menyerang susunan saraf pusat dan akhirnya diikuti kelainan neurologis. Kelainan neurologis pada ensefalitis di sebabkan oleh :
a.Infasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang biak
b.Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang akan berakibat demielinisasi, kerusakan vaskuler, dan paravaskuler. Sedangkan virusnya sendiri sudah tidak ada dalam jaringan otak
c.Reaksi aktivasi virus neurotropik yang bersifat laten
4.Manifestasi Klinis
Masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari, ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat. Kemudian di ikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari ditribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala tersebut berupa :
a.Gelisah
b.Iritabel
c.Streming attack
d.Perubahan perilaku
e.Gangguan kesadaran
f.Kejang
Kadang disertai tanda neurologis fokal berupa :
a.Afasia
b.Hemiparesia
c.Hemiplagia
d.Ataksia
e.Paralisis saraf otak
Tanda rangsangan meningela dapat terjadi bila peradangan mencapai meningen. Ruam kulitkadang di dapatkan pada beberapa tipe ensefalitis misalnyapada enterovirus dan varisela zoster
5.Komplikasi
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
a.Retardasi mental
b.Iritabel
c.Gangguan motorik
d.Epilepsi
e.Emosi tidak stabil
f.Sulit tidur
g.Halusinasi
h.Enuresis
i.Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain
6.Diagnosis etiologis yang dapat ditegakkan
a)Biakan : dari darah, viromia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif (+), jaringan otak darifeses untuk jenis entero virus sering dapat hasil yang (+)
b)Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komlemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi
c)Pemeriksaan patologis post mortem, hasil periksaan ini juga tidak dapat memastikan diagnosis
7.Pengobatan/ terapi
a)Obat anti konvulsif (untuk kejang) : Fenoforbital
b)Glukosa 20%
c)Diberikan es di ketiak kiri dan kanan leher, selangkangan daerah proksimal, betis dan diatas kepala untuk mengatasi hiperpireksia
d)Kortikosteroid (untuk menghilangkan edema sel otak) : Dexamethazon
e)Centrophenoxin (hel fergin)
f)Segera dilakukan pemasangan IVFD dan jenis cairan yang diberikan tergantung keadaan anak
8.Pencegahan
Pengendalian ensefalitis oleh virus arbo memberikanhasil yang kurang memuaskan, karena vaksin spesifik untuk manusia belum tersedia. Pengendalian vektor serangga melalui metode penyemprotan dan pembasmian yang sesuai terhadap tempat perindukan serangga banyak memberikan manfaat.



LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK
DENGAN ENSEFALITIS

I.Pengkajian
1.Biodata
Umur : Penyakit ensefalitis dapat menyerang semua usia, insiden tertinggi terjadi pada anak-anak
Jenis kelamin : Penyakit ensefalitis bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan
Bangsa : Umumnya untuk penyakit ensefalitis tidak mengenal suku bangsa, ras
2.Keluhan utama
a.Demam
b.Kejang
3.Riwayat kesehatan sekarang
Demam, kejang, sakit kepala, pusing, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, pucat, gelisah, perubahan perilaku, dan gangguan kesadaran
4.Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah sakit seperti ini sebelumnya atau baru kali ini
5.Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang pernah menderita penyakit ensefalitis
6.Pola fungsi kesehatan
a.Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan menurun (anoreksia) nyeri tenggorokan dan Berat badan Menurun
b.Pola aktivitas
Nyeri ekstremitas dan keterbatasan rentang gerak akan mempengaruhi pola aktivitas
c.Pola istirahat dan tidur
Kualitas dan kuantitas akan berkurang oleh karena demam, sakit kepala dll, yang sehubungan dengan penyakit ensefalitis
d.Pola eliminasi
Kuantitas BAK dan BAB, konsentrasi yang sehubungan dengan ensefalitis
e.Pola hubungan dan peran
Efek penyakit yang diderita terhadap peran yang diembannya sehubungan dengan ensefalitis
f.Pola penanggulangan stress
Akan cenderung mengeluh dengan keadaaan dirinya (stress)
II.Pemeriksaan fisik
a.TTV (tanda-tanda vital) d. Tekanan nadi menurun
b.Tekanan darah meningkat e. Inspeksi ditemukan kulit kemerahan
c.Suhu meningkat
III.Pemeriksaan penunjang
1).Lumbal pungsi (pemeriksaan CSS)
a.Cairan warna jernih d. Glukosa normal
b.Leukosit meningkat e. Tekanan Intra Kranial meningkat
c.Protein agak meningkat
2).Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urin
a.Sukar oleh karena uremia berlangsung singkat
b.Dapat membantu mengidentifikasikan daerah pusat infeksi dan penyebab infeksi
3).CT Scan/ MRI
a.Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom, daerah cerebral, hemoragic, atau tumor
4).EEG
a.Terlihat aktivitas listrik (gelombang) yang menurun, sosial dengan tingkat kesadaran yang menurun
b.Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difu (aktivitas lambat bilateral)
IV.Penatalaksanaan
a.Riwayat di rumah sakit
b.Penatalaksanaan secara umum tidak spesifik, tujuannya adlah mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi gangguan asam basa darah
c.Atasi kejang
d.Bila terdapat pada peningkatan tekanan intrakranial dapat diberikan minimal 0,5-2 kg berat badan IV dalam periode 8-12 jam
e.Pada pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada tenggorok, paralisis pita suara dan otot nafas dilakukan drainase postural dan aspirasi makanis yang perioik
f.Pada ensefalitis herpes dapat diberikan asiklovir 10 mg/kgBB/hari IV setiap 8 jam selama 10-14 hari


Patofisiologi



VIRUS


Mukosa Membran
(Kulit, Saluran Nafas, Saluran Cerna)


Organ Tertentu


Menginfeksi Selaput Lendir Perifer



































V.Diagnosa Keperawatan
1.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia (nyeri tenggorokan)
2.Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan kesadaran akibat ensefalitis
3.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan/ penahanan otot
4.Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi akibat perubahan neurologis (ensefalitis)
Intervensi

1.Diagnosa 1
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia (nyeri tenggorokan)
Tujuan : Meningkatkan nafsu makan sehingga kebutuhan nutrisi meningkat atau terpenuhi
Kriteria Hasil
a.Klien dapat meningkat berat badan sesuai tujuan
b.Klien tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi
Intervensi
1).Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan
Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan
2).Auskultsi bising usus, catat adanya penurunan/ hilangnya suara yang hiperaktif
Fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik pada kasus cidera kepala, jadi bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makanan
3).Timbang berat badan sesuai indikasi
Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi
4).Berikan makanan dalam jumlah keci; dan dalam waktu yang sering dengan teratur
Meningkatkan proses pencernaan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan
5).Jaga keamanan saat memberikan makanan pada pasien, seperti tinggikan kepala tempat tidur selama makan atau selama pemberian makan lewat selang NGT
Menurunkan resiko regurgitasi dan atau terjadinya aspirasi
6).Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai pasien
Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningklatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan
7).Kolaborasi dengan ahli gizi
Untuk mengidentifikai kebutuhan kalori (nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh, dan keadaaan penyakit)

2.Diagnosa 2
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan kesadaran akibat ensefalitis
Tujuan : Untuk meningkatkan kesadaran klien dan fungsi persepsi
Kriteria Hasil
a.Klien akan melakukan kembali/ mempertahankan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi
b.Klien akan mendemonstrasikan perubahan/ gaya hidup untuk mengkompensasi/ defisit hasil
Intervensi
1).Evaluasi/ pantau secara teratur perubahan orientasi kemampuan berbicara, sensorik dan proses pikir
Perubahan motorik, persepsi, kognitif dan kepribadian mungkin berkembang dan menetap dengan perbaikan respon secara perlahan atau tetap bertahan secara terus menerus pada derajat tertentu
2).Kaji kesadaransensorik seperti respon sentuhan panas/ dingin benda tajam/ tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh
Informasi penting untuk keamanan pasien. Semua sistem sensorik dapat terpengaruh dengan adanya perubahan kehilangan sensasi/ kemampuan untuk menerima dan berespon secara stimulasi
3).Catat adanya perubahan yang spesifik dalam hal kemampuan seperti memusatkan kedua mata dengan mengikuti instruksi verbal yang sederhana
Membantu melokalisasi daerah otak yang mengalami gangguan dan mengidentifikasi tanda perkembangan terhadap peningkatan fungsi neurologi
4).Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kelimat yang pendek dan sederhana. Pertahankan kontak mata
Pasien mengalami keterbatasan perhatian/ pemahaman selama fase akut dan penyembuhan dan tindakan ini dapat membantu pasien untuk memunculkan komunikasi
5).Hilangkan suara bisisng/ syimulus yang berlebihan sesuai dengan kebutuhan
Menurunkan ansietas, respon emosi yang berlebihan/ bingung yang berhubungan dengan sensorik yang berlebihan
6).Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dan melakukan aktivitas
Menurunkan frustasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan/ pola respon yang menanjang
7).Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Memberikan terapi pada klien untuk membantu proses penyembuhan

3.Diagnosa 3
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan/ penahanan otot
Tujuan : Meningkatkan bagian tubuh terutama ekstremitas, agar dapat beraktivitas dengan normal tanpa meminta bantuan orang lain
Kriteria Hasil
a.Klien akan mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan atau kompensasi
b.Klien akan mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali aktivitas
Intervensi
1).Periksa kembali kemampuan dan keadaaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi
Mengidentifikasi kemungkinan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan
2).Berikan/ bantu untuk melakukan latihan rentang gerak
Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/ posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis
3).Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu perubahan posisi tersebut
Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian badan
4).Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab dan ganti linen/ pakaian yang basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih dan bebas dari kerutan (jaga tetap tegang dan mencegah decubitus)
Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan resiko terjadinya ekskorlasi kulit
5).Bantu pasien dengan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi
Proses penyembuhan yang lambat seringkali menyertai trauma kepala dan pemulihan secara fisik merupakan bagian yang amat penting
6).Pantau pola eliminasi dan berikan/ bantu untuk dapat melakukan defekasi secara teratur
Defekasi yang teratur merupakan kebutuhan yang sederhana tetapi merupakan tindakan yang amat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi
7).Berikan cairan dalam batas-batas yang ditoleransi
Pemberian cairan yang memadai akan menurunkan resiko terjadinya infeksi saluran kemih

4.Diagnosa 4
Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi akibat perubahan neurologis (ensefalitis)
Tujuan : - Mengidentifikasi sumber-sumber nyeri
- Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh klien
Kriteria Hasil
a.Klien akanmelaporkan nyeri hilang/ terkontrol
b.Klien akanmenunjukkan postur rileks dan mampu tidur/ istirahat dengan tepat
Intervensi
1).Kaji skala nyeri anak dengan menggunakan gambar ekspresi wajah anak 1-5
Dapat mengidentifikasi nyeri klien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologinya
2).Berikan lingkungan yang tenanag, ruangan agak gelap sesuai indikasi
Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau stimulasi pada cahaya dan meningkatkan pada intirahat/ relaksasi
3).Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
Menurunkan kegiatan yang dapat meningkatkan nyeri
4).Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata
Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan respsi sensori yang selanjutnya menurunkan nyeri
5).Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman seperti kepala agak tinggi sedikit pada ensefalitis
Menurunkan iritasi dan resultan ketidaknyamanan lebih lanjut
6).Berikan latihan rentang gerak aktif/ pasif secara tepat
Dapat membantu melaksanakan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut
7).Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian nalgesik, seperti asetaninopen
Untuk menghilangkan nyeri yang berat


























REFERENSI


1.Carpenito, Lynda Juall (2001). Buku Saku : Diagnosa Keperawatan edisi : 8 penterjemah Monica Ester. EGC. Jakarta
2.Mansjoer Arif dkk, (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2 : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Media Aesculapius. Jakarta
3.Doengoes E Marlynn, dkk (1999) Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica Ester. EGC. Jakarta
4.Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak (Text book of pediatricks), edisi 12. bagian 2. EGC. Jakarta
5.Star pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta

Tidak ada komentar: