Kumpulan Asuhan Keperawatan

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us

The Wedding My Sister

Jumat, 31 Oktober 2008

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

BAB I
PENDAHULUAN

Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Pada keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan.

Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru non tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah dada, infark paru, serta gagal jantung kongestif. Di negana-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara-negana yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.


BAB II
TINJAUAN TEORI


DEFINISI
Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura melebihi batas normal. Di dalam rongga pleura dalam keadaan normal ada 10 sampai 20 cc cairan yang berfungsi sebagai pelumas atau mencegah gesekan antara pleura parietalis (bagian luar) dan pleura viseralis (bagian dalam).

FISIOLOGI PLEURA
Dalam keadaan normal rongga pleura mengandung kurang lebih 10-20 ml cairan dengan konsentrasi protein rendah, terdapat di antara pleura viseralis dan parietalis yang berfungsi sebagai pelicin agar gerakan kedua pleura tidak terganggu. Cairan ini dibentuk oleh kapiler pleura parietalis dan direabsorsi oleh kapiler dan pembuluh getah bening pleura viseralis. Keseimbangan ini tergantung pada tekanan hidrostatik,
dan direabsorpsi oleh kapiler dan pembuluh getah bening pleura dan penyaluran cairan pleura oleh saluran getah bening. Pada keadaan patologis rongga pleura dapat menampung beberapa liter cairan dan udara. Efusi pleura dapat timbul bila terjadi peningkatan tekanan hidrostatik sistemik, penurunan tekanan osmotik koloid darah akibat hipoproteinemia, kerusakan dinding pembuluh darah atau dalam rongga pleura pada atelektasis yang luas, gangguan penyerapan kembali carian pleura oleh saluran pembuluh getah bening, hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, robeknya pembuluh darah atau saluran getah bening dan carian asites dapat mengalir melalui pembuluh getah bening diafragma atau defeks makroskopik pada diafragma
Berdasarkan Cairan yang dibentuk, cairan pleura terbagi atas :
1.Transudat
Transudat terjadi jika faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleural terganggu, biasanya oleh ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan koloid osmotik. Biasanya hal ini terdapat pada :
a.Meningkatnya tekanan kapiler sistemik
b.Meningkatnya tekanan kapiler pulmonal
c.Menurunnya tekanan koloid osmotok dalam pleura
d.Menurunnya tekanan intra pleura
Adapun penyakit yang mempengaruhinya : gagal jantung kiri, sindrom nefrotik, obstruksi vena cava superior, asites pada serosis hati.


2.Eksudat
Eksudat merupakan cairan pleura yang terbentuk melalui membran kapiler yang permeabilitasnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein transudat. Terjadinya permeabilitas membran adalah karena adanya peradangan pada pleural antara lain : infak paru atau neoplasma, atau kegagalan aliran protein getah bening (misalnya pada pleuritis tuberkulosa) akan menyebabkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.
3.Hemoragis
Hemoragis terjadi karena karsinoma, truma dan infark paru dan bau busuk umumnya karena infeksi anaerobik mikroskopis
Berdasarkan macam dari cairan pleural serta makroskopisnya
1.Transudat (jernih kekuningan)
2.Eksudat (kuning kehijauan)
3.Kilotoraks (putih seperti susu)
4.Empiema (kental dan keruh)
5.Empiema anaerob (bau bususk)

TANDA DAN GEJALA
1.Demam mendadak, disertai menggigil baik pada awal atau slama sakit
2.Batuk, mula-mula mukoid, lalu purulen dan bisa terjadi hemooptisis
3.Nyeri pleuretik, ringan sampai berat
4.Tanda dan gejala yang lain tidak spesifik, pusing, anoreksia, maliase, diare, mual dan muntah

PENYEBAB
Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru non-tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah dada, infark paru, serta gagal jantung kongestif. Di negana-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara-negana yang sedang berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.







BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
1.Biodata
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
2.Keluhan utama
Nyeri pleuretik, ringan sampai berat dan sesak
3.Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengidap suatu penyakit yang beresiko timbulnya efusi pleura seperti tuberkulosis, gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan
4.Pola fungsi kesehatan
Pola Istirahat dan tidur
Nyeri yang dirasakan klien dapat mengakibatkan pola istirahat dan tidur menjadi terganggu atau berkurang
Pola aktivitas
Nyeri yang dialami klien akan membatasi gerak
Pola sensori dan kognitif/ persepsi
Rasa nyeri yang dirasakan tiap individu berbeda dan cara mengatasi nyeri
Pola penanggulangan stress
Tingkat kecemasan akibat nyeri dan mekanisme adaptasi yang digunakan oleh klien
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Trachea ---> , Cembung
Palpasi : Trachea def.cembung stem fremitus <
Perkusi : Redup (ellis`s shaped line)
Auskultasi : Suara nafas < / -
Pemeriksaan penunjang
RO Thorax PA
Lateral Decubitus Chest RO
Ultrasonography
Computed Tomography
Magnetik Resonance Imaging
Angiography


Diagnosa keperawatan
1.Perubahan pola nafas berhubungan dengan sesak
2.Ansietas berhubungan dengan sesak
3.Nyeri berhubungan dengan penekanan pada paru
4.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplei oksigen kurang
Perencanaan
Dx : Perubahan pola nafas berhubungan dengan sesak yang di tandai dengan penurunan ekspansi paru (akumulasi udara atau cairan)
Tujuan : Agar pola nafas menjadi normal
Kreteria hasil :
1.menunjukkan pola pernafasan normal/ efektif dengan GDA dalam rentang normal ( P2CO2 : 35-45 mmHg (rata-rata 40), PaO2 : 80-100 mmHg, SaO2 : 97, PH : 7,35-7,45 , HCO3 : 22-26 m Eq/L )
2.bebas dari sianosis dengan tidak adanya warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi ( Hb yang tidak berkaitan dengan O2 ), dan tanda/ gejala hipoksia antara lain :
a.Gas darah kurang dari normal
b.Sistem pernafasan : Takipnea, dispnea, menurunkan volume tidal
c.Sistem saraf pusat : Sakit kepala, kekacauan mental, mudah terangsang, ekspresi wajah cemas
d.Sistem kardiovaskuler : Mula-mula takikardi kemudian bradikardi
e.Kulit : Sianosis pada bibir, mukosa mulut dan dasar kuku
Intervensi
1.Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga
R/ : Agar klien dan keluarga kooperatif dengan tindakan keperawatan yang kita berikan
2.Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut akibat penyakit yang diderita
R/ : Menambah pengetahuan klien mengenai sakitnya
3.Mengidentifikasi etiologi/ fakotr pencetus ( kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi)
R/ : Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selan dada yang tepat dan memilih tindakan terapeutik lain
4.Bila selang dipasang
a)Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar
R/ : Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan
b)Periksa gelas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan
R/ : Jika sumber penghisap diputuskan dan membantu dalam evaluasi apakah sis
tem drainase dada berfungsi dengan baik
c)Observasi gelembung udara botol penampung
R/ : Gelembung biasanya menurun seiring dengan ekspansi paru di mana area
pleural menurun. Tidak adanya gelembung dapat menunjukkan ekspansi
paru lengkap (normal)/ adanya komplikasi
d)Avasi pasang surutnya air penampung catat apakah perubahan menetap/ sementara
R/ : Botol penampung bertindak sebagai manometer intra pleural (ukuran tekanan
intrapleural) shg frekuensi pasang surut menunjukkan perbedaan tekanan
antara inspirasi dan ekspirasi
5.Awasi kesesuaian pola pernafasan bila menggunakan ventilasi mekanik, catat perubahan tekanan udara
R/ : Kesulitan bernafas dengan ventilator dan peningkatan tekanan disertai dengan memburuknya kondisi/ terjadinya komplikasi

Tidak ada komentar: